Baik, artikel kali ini akan saya awali dengan pertanyaan, “Pelanggan Online Kok Panik Saat Order Kebutuhannya?” Jawabannya, ya karena memang belanja online bagi netizen bisa dibilang second option.
Hal ini merupakan hasil dari pengamatan para pelanggan yang masuk dan menjadi data yang terkumpul pada bisnis online yang saya jalankan. Salah satunya pada lini bisnis online jasa cetak spanduk, Soreangku Print On Demand yang sering saya ringkas namanya menjadi Soreangkupod.
Pelanggan Online Kok Panik Saat Order Kebutuhannya?
Dari sekian banyak data yang masuk, yang paling segar adalah pelanggan Soreangkupod beberapa jam yang lalu (Sabtu, 1 Mei 2021). Pelanggan saya ini mengakui dalam ruang percakapan whatsapp saat dirinya memesan dan berharap kami bisa memenuhi kebutuhannya.
Sebut saja Desi namanya (bukan nama sebenarnya) mengatakan, “Saya kelupaan, gakapa-apa spanduknya jadi jam berapa pun malam ini asalkan besok pagi sudah bisa dipakai…” dihiasi dengan emoticon nangis.
Itu baru mbak Desi, masih banyak contoh-contoh kepanikan lainnya saat pelanggan memutuskan untuk belanja online. Sehingga saya berani menyimpulkan, mereka sebenarnya tidak merencanakan untuk selalu online ketika ingin memenuhi kebutuhannya.
Pembeli Online Arogan (dalam tanda petik)
Akan tetapi para pembeli online ini arogan (dalam tanda petik) ketika memenuhi kebutuhan di darat (offline). Bisa jadi — mereka menunda-nunda proses belanja, “Ah, nanti saja lima menit lagi, dekat kok tokonya …” atau rencana belanjanya terlupakan.
Begitu tiba di toko, ternyata situasi dan kondisi tidak sesuai ekspektasi. Tidak bisa ditunggu, barang habis atau tokonya tutup. Di sinilah awal kepanikan muncul. Mereka merogoh saku tempat ponsel pintar berada dan mulai mencari lewat mesin pencarian Google.
Tantangan Bisnis Online: Mampu Melayani dan Memberikan Solusi
Untuk bisnis jasa Soreangkupod sendiri sudah cukup lama mendapatkan pelanggan yang panik. Di sinilah tantangannya, bagaimana caranya bisnis jasa atau produk yang kita tawarkan online mampu melayani dan memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan.
Dan … Alhamdulillah, dengan berbagai cara yang baik– kami usahakan mampu memberikan pelayanan sebaik mungkin dan solutif. Memberikan yang terbaik ini bisa diibaratkan investasi.
Ya, Soreangkupod sedikit demi sedikit tengah menabung. Saya tengah berusaha memperbanyak kesan yang baik dari semua pelanggan. Biasanya, saya melanjutkan komunikasi dengan mereka (pelanggan). Tidak jarang pula, pelanggan tidak sungkan-sungkan mengakrabkan dirinya. Tentu saja, saya merasa senang sekali jika ada tipikal pelanggan yang seperti ini.
Menemukan Pelanggan yang Penuh Keakraban
Seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu, seorang pelanggan dari Bojong Kukun memesan spanduk 4,5m x 1,5m untuk usaha jual beli mesin jahit yang dikelolanya. Tanpa basa-basi, pelanggan saya ini memanggil saya dengan sebutan, “bro” yang terasa tulus tanpa dibuat-buat agar harganya bisa ditawar. Buktinya saya ajukan harga per meter jauh dari harga rata-rata, pelanggan saya ini tidak banyak menawar asalkan hasil cetak bagus dan rapi.
Salah satu bukti keakraban yang dimulai dari sisi pelanggan saya ini, beliau mengirimkan foto yang mengabarkan kalau spanduk sudah dipasang. Saya pribadi menilai hal ini sebagai indikator kepuasan pelanggan. Sebagai tanda terima kasih atas kepuasannya maka salah satu caranya mengabari kita sebagai penyedia jasa
Cerita ini saya posting juga di sini.
Kesimpulan
Bisnis online yang baik adalah bisnis yang akan mudah ditemukan oleh mereka yang membutuhkan. Apakah bisnis Anda sudah seperti itu? Yuk, kita sama-sama belajar dan berusaha bagaimana caranya agar mesin pencarian merekomendasikan bisnis kita kepada orang yang mencari dan membutuhkannya.
Tinggalkan Balasan